BAHAGIA ANTARA IMPIAN DAN KENYATAAN (BULETIN ISTIQOMAH VOL 5/TH 5/1431 H)
Segala puji bagi Allah, Shalawat dan salam kepada Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam.
Sudah sepantasnya setiap insan dalam hidupnya mengharapkan kebahagiaan, namun akankah asa menjadi nyata ? ataukah hanya sebatas mimpi belaka ? Atau hanya sekedar fatamorgana lalu sirna ?
Dengan sekuat tenaga seseorang akan merusaha merenggut impiannya untuk hidup bahagia, namun sangat disayangkan masih banyak yang buta dengan hakikat kebahagian tersebut.
Sebagian orang mengira bahwa kebahagiaan itu terletak pada harta dan kekayaan yang melimpah, sehingga ia bermimpi akan menemukan kebahagiaan dalam kekayaan dan selalu berusaha untuk mengumpulkan harta sebanyak-banyaknya.
Betapa banyak orang yang kaya raya namun hidupnya selalu dibayang-bayangi ketakutan dan kegelisahan. Ia takut dan khawatir hartanya akan dicuri dan sebagainya, makanya ia selalu gelisah, ketakutan, gundah gulana, bahkan tidak dapat tidur dan lain-lain.
Betapa banyak orang kaya yang sengsara atau meningal dengan tragis disebabkan hartanya. Betapa banyak orang kaya yang tidak dapat merasakan nikmatnya hidup, ia tidak bisa untuk pergi kemana ia mau, ia tidak bebas berjalan kemana ia suka, tidak dapat tidur sebagaimana yang ia inginkan, disebabkan karena hartanya.
Banyak contoh dalam kehidupan ini yang bisa kita lihat, kita semua mengetahui cerita tentang Qarun, Christina Onasis dan sederetan nama lainnya yang tenggelam dalam lautan harta namun kebahagian tak jua bersua.
Sebagian orang mengira bahwa kebahagiaan terletak dalam popularitas dan ketenaran, tetapi kenyataannya kemasyhuran juga tidak menjanjjikan kebahagiaan. Betapa banyak orang-orang ternama yang akhirnya menemukan jalan buntu dalam hidupnya, khususnya ketika kepopulerannya telah memudar atau ada saingan yang melebihinya.
Sebagian orang melihat kebahagian ada pada jabatan dan kekuasaan, namun sejarah kembali membuktikan, beberapa penguasa dunia melalui hari-hari kelam karena kekuasaannya.
Dr. Nasher bin Sulaiman Umar dalam bukunya As-Sa’adah Bainal Wahmi Wal Haqiqah, menyebutkan beberapa hal yang akan menghalangi seseorang mendapatkan kebahagiaan hidup, diantaranya :
1. Kekafiran.
Allah Ta’ala berfirman: “Dan barangsiapa yang dikehendaki Allah kesesatannya, niscaya Allah menjadikan dadanya sesak lagi sempit, seolah-olah ia sedang mendaki langit. Begitulah Allah menimpakan siksa kepada orang-orang yang tidak beriman”. (QS. Al-An’am : 125)
2. Perbuatan dosa dan maksiat.
Tidak syak lagi bahwa orang yang bergelimang dengan dosa dan maksiat akan jauh dari keberkahan hidup, karena dosa tak ubahnya bagaikan noda hitam dalam kehidupan.
3. Sifat iri dan dengki
Allah Ta’ala berfirman tentang do’a orang-orang yang beriman: “Dan janganlah Engkau membiarkan kedengkian dalam hati kami terhadap orang-orang yang beriman”. (QS. Al-Hasyr : 10)
Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda: “Janganlah kalian berbuat dengki, memutuskan silaturrahim, bermusuh-musuhan dan tidak berteguran, jadilah kalian semua hamba Allah yang bersaudara”. (Muttafaqun ‘Alaih)
4. Amarah.
Amarah juga dapat menghalangi seseorang dari kebahagiaan, makanya Allah memuji orang beriman dalam firman-Nya : “Dan apabila mereka marah mereka memberi ma’af” (QS. As-Syura : 37)
Dan Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda : “Bukanlah orang yang kuat tersebut orang yang menang dalam perkelahian, tetapi orang yang kuat tersebut adalah orang yang mampu menahan amarahnya”. (Muttafaqun ‘Alaih)
5. Kezaliman.
Kezaliman dan kesemena-menaan akan berdampak buruk pada kehidupan seseorang, karena orang yang berbuat zalim akan jauh dari rahmat Allah Ta’ala.
6. Takut kepada selain Allah.
Seseorang yang takut kepada selain Allah akan mengalami kegelisahan dan kehinaan. Allah berfirman : “Sesungguhnya mereka itu tidak lain hanyalah syetan yang menakut-nakuti (kamu) dengan sekutunya, karena itu janganlah kamu takut kepada mereka, tapi takutlah kepada-Ku, jika kamu benar-benar orang yang beriman”. (QS. Ali Imran : 175)
7. Pesimis.
Pesimis adalah awal dari kegagalan, makanya Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam adalah orang yang suka optimis dan membenci sikap pesimis. (diriwayatkan oleh Bukhari, Muslim, Abu Daud, Tirmizi dan Ahmad)
8. Buruk sangka
Seseorang yang mengedepankan prasangka buruk dalam setiap langkahnya tidak akan menemui ketenangan, sehingga Allah melarangnya dalam firman-Nya: “Wahai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan dari prasangka, sesungguhnya sebagian prasangka itu adalah dosa” (QS. Al-Hujurat : 12)
9. Sifat sombong.
Kesombongan akan menyebabkan seseorang menolak kebenaran dan akan menjadikan seseorang dibenci oleh sesama. Dan Allah sangat membenci orang yang sombong, bahkan Nabi pernah bersabda : “Tidak akan masuk syurga orang yang ada kesombongan dalam dirinya walaupun sebesar biji bayam”. (HR. Muslim)
10. Ketergantungan kepada selain Allah.
Allah berfirman : “Hanya Allahlah tempat bergantung”. (QS. Al-Ikhlas : 2)
Dan orang yang bergantung kepada selain Allah maka ia akan menghambakan dirinya pada tempat ia bergantung tersebut, tidak syak lagi bahwa hal ini adalah kesyirikan yang nyata.
11. Narkoba.
Narkoba dan yang semisalnya dari minuman keras membuat masa depan seseorang menjadi suram, sebagaimana yang dapat kita saksikan dalam kehidupan ini.
Sesungguhnya orang-orang yang mendambakan kehidupan bahagia, seharusnya menjauhi hal-hal di atas yang akan menghalanginya untuk memperoleh kebahagiaan dan hendaklah ia menjalani sebab-sebab yang akan menjadikan ia mendapatkan kebahagian tersebut serta berupaya untuk mencontoh sifat-sifat orang yang bahagia, diantaranya:
1. Beriman kepada Allah dan melaksanakan amal shaleh.
Allah Ta’ala berfirman : “Barangsiapa yang melakukan amal shaleh baik laki-laki ataupun perempuan, sedang ia beriman maka akan Kami berikan kepadanya kehidupan yang baik”. (QS. An-Nahal : 97)
Allah juga berfirman : “Barangsiapa yang beriman kepada Allah dan hari akhirat serta mengerjakan amal shaleh maka tidak ada ketakutan padanya dan tidak ada juga kesedihan.” (QS. Al-Maidah : 69)
Dan dalam sebuah hadits, Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda : “Sungguh menakjubkan urusan orang yang beriman, semua urusannya adalah baik, jika ia mendapatkan nikmat ia bersyukur maka itu baik untuknya, sedangkan jika ia tertimpa musibah ia bersabar maka itulah yang baik untuknya”. (HR. Muslim 12/125)
2. Beriman kepada Qadha dan Qadar.
Ketentuan yang baik ataupun yang buruk semuanya dari Allah, dengan keimanan yang benar dalam masalah qadar ini seseorang akan dapat menerima dan ridha dengan ketentuan dan ketetapan Allah serta selalu berbaik sangka kepada-Nya, karena ia yakin bahwa apapun yang dialaminya adalah suratan yang telah dituliskan Allah dengan ilmu dan iradah-Nya.
3. Berilmu.
Kehidupan para ulama (orang yang berilmu) adalah cerminan dalam ketenangan hidup. Sehingga kita akan temukan dalam kehidupan mereka ketenangan walau cobaan dan rintangan yang berat selalu menghadang mereka, diantara mereka ada yang disiksa, dipenjara dan sebagainya, seperti yang dialami Imam Ahmad, Ibnu Taimiyah dan yang lainnya, tapi mereka tetap tenang tanpa terlihat kegundahan sedikitpun pada raut muka mereka. Mengapa mereka bisa demikian ? jawabannya adalah karena ilmu.
4. Banyak berzikir dan membaca Al-Quran.
Allah Ta’ala berfirman : “Ketahuilah bahwa dengan berzikir kepada Allah maka hati akan tenang”. (QS. Ar-Ra’du : 28)
Maka dengan berzikir seseorang akan merasakan ketengan hati, sedangkan jika ia tidak membasahi lidahnya dengan zikir maka hatinya akan kering dan kegelisahan akan senantiasa menghantuinya, sebagaimana firman Allah Ta’ala : “Sedangkan orang yang berpaling dari berzikir kepada-Ku, maka sungguh baginya kehidupan yang sempit dan pada hari kiamat akan Kami bangkitkan ia dalam keadaan buta”. (QS. Thaha : 124)
Dan membaca Al-Quran adalah termasuk dalam kategori zikir yang sangat dianjurkan.
5. Berlapang dada dan menjauhi penyakit hati, seperti dengki, hasad, buruk sangka dan semisalnya.
Dalam Al-Quran Allah memuji sifat ini di beberapa ayat, diantaranya do’a Nabi Musa yang diceritakan Allah dalam firman-Nya : “Ya Rabbku lapangkanlah dadaku”. (QS. Thaha : 25). Dan firman-Nya : “Maka barangsiapa yang dikehendaki Allah menunjukinya, Allah akan lapangkan dadanya”. (QS. Al-An’am : 125)
6. Berbuat baik kepada sesama.
Banyak bukti nyata yang kita lihat, dimana orang yang selalu berbuat baik adalah orang yang paling bahagia lagi mulia di tengah-tengah masyarakat.
7. Melihat kepada orang yang berada dibawah dalam urusan dunia dan melihat orang yang lebih dari kita pada urusan akhirat.
Sebagaimana yang dianjurkan Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam dalam sabda beliau : “Melihatlah kalian kepada orang yang ada di bawah dan janganlah kalian melihat orang yang ada di atas kalian maka dengan itu kalian tidak akan meremehkan nikmat Allah”. (HR. Muslim)
Dan tentunya ini dalam urusan dunia, sedangkan dalam urusan akhirat hendaknya kita melihat kepada orang yang lebih dari kita, agar kita menyadari kekurangan dan kelalaian kita. Sebuah kata mutiara mengatakan: Janganlah engkau melihat orang yang binasa bagaimana mereka binasa, tapi lihatlah orang yang selamat bagaimana mereka bisa selamat.
8. Tidak suka berangan-angan dan tergantung kepada dunia serta selalu membekali diri untuk akhirat.
Syeikh Abdurrahman As-Sa’di pernah mengatakan : Hidup ini begitu singkat maka janganlah kalian habiskan waktu dengan hanya berangan-angan dan suatu yang sia-sia.
9. Yakin bahwa kebahagian yang abadi bagi seorang mukmin hanyalah di akhirat, bukan di dunia.
Allah Ta’ala berfirman : “Adapun orang-orang yang berbahagia, maka tempatnya di dalam syurga mereka kekal di dalamnya selama ada langit dan bumi, kecuali jika Rabbmu menghendaki (yang lain), sebagai karunia yang tidak ada putus-putusnya”. (QS. Hud : 108)
Dan sabda Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam: “Dunia ini adalah penjara bagi orang mukmin dan syurga bagi orang kafir”.
10. Bergaul dengan orang-orang shaleh.
Tak seorangpun yang dapat mengingkari pengaruh dari teman yang ada di sisi kita. Teman berpengaruh besar dalam kehidupan seseorang sebagaiman yang dapat kita saksikan dalam kehidupan atau yang terukir dalam sejarah. Oleh karena itu Nabi bersabda : “Perumpamaan teman yang baik dan teman yang buruk adalah seperti berteman dengan penjual minyak wangi dan berteman dengan orang yang meniup bara api”. (Muttafaqun ‘Alaih)
11. Menyadari bahwa perlakuan buruk seseorang kepada kita adalah baik untuk kita dan kejelekan itu akan kembali kepadanya.
Ibrahim At-Taimi pernah mengatakan : jika seseorang berbuat zalim kepadaku niscaya aku akan berbuat baik kepadanya.
Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam juga bersabda : “Tahukah kalian orang yang bangrut ?” para sahabat menjawab: orang yang tidak lagi memiliki dinar dan dirham. Rasulullah bersabda : “Yaitu orang yang telah beramal tetapi ia mencela si fulan, menghina si fulan dan mengambil harta si fulan, dan pada hari kiamat diberikan kebaikan yang telah ia lakukan maka diberikan kepada orang yang telah dizaliminya, dan jika kebaikan telah habis maka kejelekan orang yang dia zalimi tersebut diberikan kepadanya”.
12. Bertutur kata yang baik dan membalas kejelekan dengan kebaikan.
Allah Ta’ala berfirman: “Dan tidaklah sama kebaikan dan kejahatan. Tolaklah (kejahatan itu) dengan cara yang lebih baik, maka tiba-tiba orang yang antaramu dan dia ada permusuhan seolah-olah telah menjadi teman yang sangat setia”. (QS. Fishshilat : 34)
13. Menghadap Allah dan berdo’a kepada-Nya.
Ini adalah tuntunan Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam, dimana beliau selalu bermunajat kepada Allah dengan do’a beliau : Ya Allah, perbaikilah agama (ibadah) kami karena itulah tujuan hidup kami, perbaikilah dunia kami yang disanalah kehidupan kami, perbaikilah akhirat kami karena padanyalah kami akan kembali, dan jadikanlah hidup kami untuk menambah kebaikan serta jadikanlah mati sebagai keselamatan dari berbuat kejahatan. (HR. Muslim 17/40)
Beliau juga sering berdo’a: “Ya Allah, aku berselindung kepada-Mu dari kesulitan dan kesedihan, dari ketakutan dan sifat kikir, dari hutang yang berat dan penindasan”.
Itulah beberapa langkah dan sifat yang mesti dimiliki oleh orang-orang yang mendambakan kebahagiaan, disamping kita berusaha untuk menjalaninya maka kita juga harus mengiringinya dengan do’a : “Rabbana aatinaa fiddunya hasanah wafil akhirati hasanah wa qinaa ‘azaabannaar”
(Ya Allah berikanlah kepada kami kebahagiaan di dunia dan kebahagiaan di akhirat. Serta lindungilah kami dari siksaan api neraka)
Abu Thohir, Lc
Referensi :
- Al-Qurân dan hadits
- As-Sa’adah Bainal Wahmi Wal Haqiqah (Dr. Nasher bin Sulaiman Umar)
- Taisiir Karimur-Rahman Fi Tafsiir Kalaamil Mannaan (Syeikh Abdur-Rahman As-Sa’di)
Currently have 0 komentar: